Rabu, 09 Mei 2012

poem


Dongeng tentang lampu
Malam mulai menjadi keparat
Dan membuat nafas terengah-engah
Anginpun mulai memanas
Membakar kumpulan asa yang tertanam di tanah gersang itu


Hei dengar
Aku bukanlah penikmat kopi
Juga bukan peracik kopi yang mahsyur
tapi kali ini kau benar benar mengulitiku
membiarkan sum-sum tulangku terhisap habis
kau memang iblis
jahanam

dan kau tentu hafal rasanya mengkhianati
tapi kau buta rasanya berbagi
dengan nanah ini aku mulai menggelandang
membiarkan debu-debu menempel di udara
aku wanita bagi kaca dan jalan-jalan
yang menyunggingkan senyum ke kumbang-kumbang
kumbang-kumbang yang khianat


ya, aku mulai berjalan tanpa berpaling
sambil menyumpah serapah
suatu saat pasti akan berbalik
aku yang menguliti!!!!!
Kubiarkan lampu-lampu jalan belenggak lenggok genit
Nyala
Mati

Sementara di lain masa
Kudendangkan lagu yang menina bobokan
Terpejamlah nak,
Esok atau barangkali lusa
Akan kudongengi kau
Tentang dongeng antara jarak dan waktu
Yang akan mematangkan rindu
Dan mengangkangi dendam


Jogjakarta , 21-09-2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar