Ayus ukmawati
Waktu tak akan pernah
membalikkan badannya kearahmu lagi. Sekeras apapun para ilmuwan menciptakan
alat yang mereka sebut “mesin waktu”, waktu akan terus berlari menjauh, menjauh, dan kau tahu ia tentu takkan mau dikurung dan diatur dalam
sebuah mesin. Waktu adalah sosok yang bebas, tetapi ingat, waktu bukan Tuhan
yang mampu mengatur segalanya. Tuhan dapat mengatur kapan malam datang,
mengatur kapan hujan berderai dari angkasa , mengatur rejeki, mengatur
perjodohan mengatur kapan kau mati, dan
mengatur bentuk rupa seorang wanita. Kata terakhir ini sengaja aku
sebutkan, mengingat aku seorang wanita. Akan tetapi jangan terburu-buru dulu
berpikir aku akan menceritakan diriku sendiri.
Aku bukan seorang
wanita yang cukup memiliki kepercayaan diri untuk melakukannya. Walaupun
teman-temanku baik perempuan maupun laki-laki menganggapku cantik, mungkin
sudah lebih dari 10 lelaki yang kukencani di umurku yang masih 20 tahun ini.
Hehe. Maaf ,aku memang suka kelepasan, sebagai wanita tentu aku tidak mau
munafik bersikap biasa jika ada yang mengatakan
aku cantik, tentu aku akan sangat girang. Astaga ,bukan diriku yang akan
dikuliti disini Akan tetapi banyak diantara kalian jadi tahu kan sifat wanita?
Suka dipuji dan bangga memiliki banyak
mantan kekasih. Sama sepertiku.
Baiklah, aku
mengenalnya saat tercatat sebagai siswa
SMA di sebuah kota kota kecil, Kebumen. Saat kami sama-sama masih mengenakan
seragam abu-abu putih, saat kami sama-sama merasakan naik angkot untuk pertama
kali, menuju sekolah itu. saat kami masih suka membicarakan tentang kegemaran
kami mengoleksi foto-foto artis, saat kami sama-sama mengidolakan kakak kelas
yang tampan.
Ia
memiliki mata yang menakutkan menurutku, menjorok kedalam dan terdapat lingkar
hitam di sekeliling matanya. Ada sebuah lingkaran kecil hitam bekas cacar di sudut matanya. Alisnya
hampir tak kelihatan (mungkin bisa melihat tuyul), bulu matanya seperti bekas
terbakar. Bibirnya sedikit
monyong,berwarna coklat kehitaman, seperti pecandu rokok. Hidungnya bisa
digambarkan seperti sosok Cantik di
novel Eka Kurniawan (cantik itu luka), terlihat seperti lubang colokan kabel. Giginya rapih dan putih (mungkin ini satu-satunya
yang dibanggakan dari fisiknya). Menurutku dia mirip Sule, seorang komedian
yang sekarang sedang naik daun, tetapi dalam versi wanita.
Kau harus melihat
rambutnya, keriting, mengembang dan berwarna hitam pekat. Panjangnya
sepinggang: selalu terurai. Kulitnya gelap, lebih gelap dari kulit buah sawo
yang sudah matang. Tingginya sekitar 155 cm dan memiliki badan yang kerempeng
seperti triplek , kelihatan lemah, semua rata depan dan belakang, tidak ada yang menonjol. Ia
sedikit cadel, susah mengucapkan dengan jelas huruf r,d,s,dan, l itu kuketahui
saat ia memanggil nama lengkapku ‘Euncik
Putri Laode’. Ia selalu mengenakan pakean yang kelewat besar, kurasa ia tidak
terlalu peduli dengan kebersihan pakainnya, tampak beberapa titik-tik hitam
yang biasa kami sebut trutuh
bertengger di seragam putihnya. Kaos kakinya tampak kumal, barangkali memang
jarang terkena air, mungkin sepatunya awet karena harganya mahal, terbukti
selama 3 tahun ia tidak pernah mengganti sepatunya.
Sebenarnya aku sudah
mengetahui namanya sebelum bertemu dengan orangnya. Ketika MOS, aku mendengar beberapa lelaki menyebut namanya
dan ada nada ejekan. Terus terang aku
penasaran seperti apa orangnya. Apakah kau juga penasaran dengannya? Hehe
“Namaku Ayus, kamu siapa?”
“Aku Euncik Putri Laode.”
Kulihat mulutnya komat-kamit menyebut
namaku, tatapan matanya yang begitu tajam seolah menelanjangi tubuhku. Menatapku
dari bawah sampai keatas.
“Kamu cantik”
“Kamu dari Bengkulu cik?”
“Ya. Mari kita masuk kelas dan duduk
bersama”
Kami duduk bersama dan
menjadi karib. Ya sejak percakapan singkat yang mudah menguap itu kami menjadi
karib. Kejutan-kejutan muncul satu persatu darinya. Ia terlalu meledak-ledak.
Kejutan yang pertama, Ayu Sukmawati
adalah nama lengkap Ayus, aneh pikirku kenapa ia tidak mau dipanggil Ayu.
Dia sangat galak pada laki-laki. Sering kulihat Ia menatap aneh anak laki-laki di kelas kami.
Mengamati mereka dari bawah keatas, lalu dia tersenyum sinis. Berkomat-kamit sendiri kemudian seperti orang
meludah, setelah itu tertawa sinis. Aku melihatnya sungguh, dan aku tidak
mengada-ada dengan kelakuan Ayus yang aneh itu.
“Laki-laki makhluk
tolol ya? Mereka Cuma butuh satu kata “cantik”. Aku sangat membenci mereka,
mereka memperlakukan orang jelek sepertiku seperti anjing, apa kamu tahu aku
pernah menjadi taruhan laki-laki di desaku? kamu tentu berpikir wanita jelek
sepertiku tidak laku sebagai taruhan kan? Hahahaha. Mereka itu kejam, mereka
bilang siapa yang bisa mengajakku ke Benteng Vanderwijk dan bisa menciumku
disana akan memenangkan uang 50 ribu.
Setan alas, aku ini manusia yang dipandang sebagai seonggok 50 ribu. Cih.”
“Kau cantik Cik,
beruntung, apa kau pernah dianggap anak pembawa sial karena saat kau lahir
indukmu meninggal? Itu aku Cik, aku yang jelek ini, yang tidak putih, tinggi,
berbadan bagus dan memiliki hidung yang menentang langit. Selalu diejek dan
disalahkan dalam berbagai hal. Pakai ini tidak pantas, pakai itu tidak layak,
ditertawakan. Memangnya orang jelek tidak boleh apa pake baju bagus. Cik,
Menurutku wanita cantik dan pintar adalah wanita yang paling beruntung, kedua
wanita cantik tetapi tidak pintar, dan yang terburuk adalah sepertiku wanita jelek yang biasa saja.”
“Sudah kenyang aku cik
ditertawakan. Coba kau lihat si Ratih , primadona SMA kita,dia satu SMP
denganku dan selalu satu kelas.. Dia goblok, waktu UN banyak yang membantunya,
anak laki-laki, anak perempuan , karena dia cantik. Dengan kecantikan semua
bisa diatur, para polisi muda tidak akan berani memberikan sangsi kalau kau
melanggar, mereka hanya akan meminta nomor hpmu, dan perkara selesai. Kau
sekarang lihat apa ada anak laki-laki yang mau mendekatiku untuk sekadar
berteman? Bahkan berteman dan aku takkan pernah mengharapkan lebih dari itu.
Mereka itu pemilih lebih suka yang cantik dan mentel, aku harap kau jangan
mentel Cik, perempuan mentel itu tidak sehat jasmani dan rohaninya. Hahahaha.”
“Kau pasti sering
nonton tv kan, artis-artis cantik yang tadinya main sinetron atau film dan kemudian aji mumpung
jadi penyanyi dengan suara pas-pasan, mana ada kritikan padahal suara mereka
seperti robot kehabisan batre. Kosmetik menurutmu berbahaya datang dari mana? Datang dari
ketololan lelaki yang tidak mau wanita jelek, mereka ingin yang sempurna, yang
putih tinggi langsing entah mau buat apa, mau buat pamer atau mau buat dipajang dikamar? Simple sekali
pemikiran para lelaki tolol itu, banyak
kawin cerai karena mereka hanya bisa melihat fisik, sampai menikah dengan
wanita yang hanya bisa bersolek, akhirnya timbul yang namanya selingkuh, yang
pria merasa tidak puas yang wanita mungkin mencari lelaki yang bisa membelikan
perusahaan kosmetik. Hahaha. Aku jelek cik , itu alasan aku tidak mau dipanggil
ayu. Aku cuma sudah malas dengan ejekan, namanya ayu kok ga ayu. Rasanya sesak.
Aku benci dengan lelaki cik dan tidak akan pernah mau berhubungan dengan
mereka. tetapi bukan berarti aku menyukai wanita. Jadi jangan takut.
Aku membungkam
mulutnya yang sedari tadi menyerocos tak
tentu. Aku tahu beban hidupnya berat, ia seorang anak yang tak pernah merasakan
sentuhan ibunya. Ejekan-demi ejekan ia telan bulat-bulat sendiri tanpa ada yang
membantu mencernanya. Bapaknya seorang pemborong dan tinggal di aceh (ini aku
dengar dari Ayus). Aku sendiri tidak tahu dia tinggal dimana, bahkan sampai
saat sekarang aku bercerita tentangnya. Mungkin disekitar Kebumen ini.
“Yus, kamu tahu arti namamu Ayu Sukmawati
berarti jiwa yang cantik. Kau tidak seharusnya membenci lelaki, ada juga lelaki
yang baik yus. Kau hanya perlu membuka diri dengan mereka. Tunjukkan yang
sebenarnya, jangan pasang tampang nenek sihirmu.”
Ayus langsung
menyambar,
“Enak sekali berteori, kau ingin aku
diejek di belakang mereka?apa kau ingin aku operasi plastik untuk mengubah
semuanya . Aku bangga dengan semua ini Cik, aku bukan orang yang tergila-gila
oleh kriteria wanita idaman lelaki kebanyakkan yang harus memiliki badan
tinggi, putih, hidung mancung, seperti artis korea. Aku orang Indonesia, yang
tidak suka mengubah apapun dari tubuhku, bahkan karakterku demi lelaki yang kebanyakan munafik itu.
Ingat kataku Cik, selamanya aku tidak akan pernah mengubah apapun dan jatuh
cinta pada lelaki manapun.”
Kuharap ia bisa
mencabut kata-kata yang terakhir barusan. Aku menyayangimu sebagai sahabatmu.
Akan tetapi aku kadang jahat lebih memilihmu sebagai teman jalan-jalan karena
kau lebih jelek dariku, aku juga wanita Yus, maafkan aku, tapi diluar sisi
jahatku aku menganggapmu sebagai sahabatku.
Kami bersama selama 3
tahun, selalu duduk bersama, bercerita bersama. Aku punya pacar dan dia tidak. Tidak ada yang
berani mengejek kau lagi saat kau tiba-tiba mengamuk sambil membanting buku, ada
yang mengejek hidungmu dan kau tidak rela. Ia berlari kekantor kepala sekolah
dan memulai pidato panjang didepan beliau seperti yang pernah ia katakan padaku.
Kau menjadi popular dan tentu saja menjadi wingit.
Rasanya waktu sekarang
berjalan sangat tergesa-gesa. Baru kemarin aku berkubang di dunia putih
abu-abu. Dunia dimana sosok manusia masih dalam persimpangan akan ke putih atau
hitam atau bahkan abu-abu. Masih terngiang jelas pertanyaan Ayus sebelum kami
berpisah melanjutkan impian kami.
“Cik bagaimana rasanya saling mencintai?”
“Kau tahu cik bagaimana rasanya
dibawakan sepotong senja oleh kekasihmu?”
“Cik bisakah aku mencintai seorang
lelaki dengan sederhana?”
“Dapatkah aku bersama kekasihku bercinta
di luar angkasa?”
Aku hanya tersenyum.
“Kau sedang jatuh cinta?” Katamu
kau benci lelaki.
Dia kembali menatapku dengan tatapan
yang sama pada waktu pertama kami bertemu. Ia diam, sambil memandang dengan
sorot mata tajam.
“Dengar , perempuan sepertiku takkan
mungkin jatuh cinta pada laki-laki. Aku hanya bertanya cik.
Ia berlalu dan sejak
saat itu aku tak pernah tahu kabarnya. Kami tidak saling menghubungi. Aku
sendiri tidak pernah mencoba menghubunginya. Aku hampir menyelesaikan kuliahku
di kota pelajar ini, selanjutnya aku akan masuk ke dunia yang sesungguhnya.
Bekerja, menikah dan mempunyai anak. Mengurus keluarga,punya perkumpulan
arisan, pengajian, sering rapat wali murid, bercanda dengan teman-teman
kantor,menyisihkan tabungan, bisa memakai lipstick yang menyala, menjaga nama
baik keluarga, menjadi ibu yang teladan, dan masih banyak lagi angan-angan yang
ingin ku wujudkan. Hidup memang begitu indah di angan-angan.
Aku kembali menatap
layar laptop, mengetik, membolak- balikkan buku,mengeja dan sesekali melirik
jam dinding melihat waktu yang mengaturku. Pintu kamarku diketuk, bibi pembantu kostku memberitahukan ada yang
ingin menemuiku, katanya perempuan. Aku bergegas menemuinya. Aku jarang
mendapatkan tamu, kecuali orangtuaku yang kebetulan merindukan anaknya.
Melongo. Itulah yang
aku lakukan saat kulihat sosok wanita didepanku. Wajahnya seperti panci yang
penyok, hidung dan dagunya seperti wajah
pengamen waria yang sering kutemui di kereta ketika aku mudik. Meleleh
dan seperti akan jatuh, kulitnya putih tapi kelihatan tipis sekali, riasanya
sangat menor, pakainya agak terbuka dengan rok mini. Perpaduan atasan merah dan
bawahan rok hitam. Dia memakai higheels yang
tingginya mungkin mencapai sepuluh centimeter. Parfumnya menusuk hidung,
mungkin sejenis parfum import ( aku sendiri memakai parfum non alcohol seharga
5000). Buah dadanya memiliki ukuran
berbeda, rambutnya seperti singa, merah menyala dan tampak berantakan..
Bibirnya tampak palsu dengan lipstik merah menyala. tapi tiba-tiba bibir bergerak dan tampak membentuk sebuah
senyuman. Semua tampak palsu termasuk senyumannya.
“Cik kenapa melongo
heran ya aku jadi cantik begini, hei kau tahu tidak aku sudah berhasil membuat
laki-laki suka padaku. Kau tidak bilang rasanya menncintai itu enak sekali. Aku
rela merogoh kocek dalam-dalam untuk menciptakan aku yang baru. Oh iya, aku
belum cerita kalau ayahku sudah meninggal dan hartanya yang banyak itu
diwariskan padaku. Kamu tahu aku sampai keluar negeri untuk merombak badanku.
Disayat-sayat pisau, di suntik sana-sini, di pasang silikon, rasanya asik
karena melakukan dengan cinta. Kau tahu
cik pacarku sudah lebih dari sepuluh. Hahahaha.
Ia tertawa kemudian
menangis sesenggukan, kemudian ia melanjutkan celotehnya.
“Cik, mereka satu persatu meninggalkanku
setelah tahu semua ini palsu. Aku frustrasi. Hartaku ludes dan wajahku pun
ludes. Aku bahkan tak tahu lagi cik harus bagaimana. Semua ini karena cinta
Cik, aku lupa daratan cik. Lupa diriku
yang dulu. Lupa keluargaku, lupa dirimu bahkan aku lupa siapa yang menciptakan
aku. Aku telah menjadi wanita munafik,t melanggar sumpah untuk tidak mencintai
pria, tapi ia begitu indah cik, seindah bintang-bintang pada malam hari, baunya
semerbak seperti bunga sedap malam yang sering kucium di malam hari. Merdu
seperti saat kau menyanyikan lagu Ave Maria dengan suara seriosamu, istimewa seperti kau mendapat nilai sempurna untuk
fisika. Membuat jantung senantiasa berdebar, seperti saat aku berlari mengejar
waktu agar tidak terlambat masuk sekolah. Terlalu istimewa cik. Aku terlena. Aku kalah Cik, benar-benar kalah. Aku kalah dengan
sangat tidak terhormat.
“Aku
malu padamu, aku hina, aku telah rusak. Hahahha. “Cik, aku kangen padamu, tapi
aku harus segera pergi jauh, banyak yang mencariku, tampaknya aku mesti
sembunyi, Cik. Aku pamit, terimakasih.
Ia berlalu,
tergesa-gesa. Seperti perpisahan pada waktu itu, dingin, sunyi dan berlalu begitu saja, aku bahkan belum sempat
bertanya darimana ia tahu alamat kostku dan sekarang ia tinggal dimana. Ayu
Sukmawati,Ya, mungkin dia telah memilih jalannya sendiri. Wanita tetaplah
wanita. Ingin merasakan kasih, merasakan cantik, dan mencicipi bumbu-bumbu
yang membuat dirinya semakin lezat dimata orang. aku hanya berpesan ingin bilang padamu, bahwa yang paling abadi
dalam hidup manusia adalah perubahan, dan waktu memiliki andil dalam semua ini.
dan kau tahu kecantikan adalah hal yang paling rapuh yang pernah kutemui.
Semoga kau tidak mati mengenaskan dalam penyesalanmu,Yus. Waktu sangat kentara
merebutmu dariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar