Rabu, 09 Mei 2012

Dampak Penggunaan Bahasa Alay pada Remaja Indonesia


Dampak Penggunaan Bahasa Alay pada Remaja Indonesia
Oleh : Kusuma Wardani

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergusur oleh munculnya bahasa alay, hal ini tampak jelas pada bahasa lisan dan tulis yang sering digunakan oleh masyarakat kita, khususnya dikalangan remaja. Remaja Indonesia kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai sebuah kreativitas. Bahasa yang mengandung sandi-sandi tertentu dan sekarang dirasa wajar muncul dari beberapa kalangan yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dan hanya dimengerti oleh mereka. Bahasa prokem yang sekarang ini  sedang menjadi tren di Indonesia terutama pada kalangan remaja adalah bahasa alay, jika tidak menggunakannya, mereka takut dikatakan  ketinggalan zaman atau tidak gaul.
Remaja pada umumnya telah melupakan  bahkan tidak mengetahui  kaidah  EYD dalam membuat sebuah karangan, kalimat, atau bahkan menuliskan sebuah kata. Mereka tidak mengerti bagaimana menulis lambang bilangan, penggunaan kata yang tidak baku, ataupun menggunakan akronim yang benar. Ironis, seharusnya mereka mampu menggunakan kaidah yang benar dalam menulis karena bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa kita. Pelajaran bahasa Indonesia sendiri pun telah diajarkan sejak TK. Apakah fenomena yang sedang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia pada remaja saat  ini?
 Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk  kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya bahasa alay merupakan ancaman yang cukup serius pada penggunaan bahasa lisan dan tulis. Terkadang penggunaan bahasa lisan tidak terlalu disorot, karena merupakan bahasa percakapan sehari-hari, meski demikian pada situasi formal penggunaan bahasa lisan yang kurang baik akan menimbulkan kesan kurang baik pada penggunanya. Seseorang terbiasa menggunakan elo, gue akan cenderung sulit menggunakan kata saya, anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay, tetapi kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman memakai kata Bonyok(bokap,nyokap) yang berarti ayah dan ibu, kemudian ada lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
 Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akhirnya menimbulkan singkatan kata yang menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosial seperti friendster, facebook, dan twitter, mendorong kian maraknya penggunaan  bahasa alay di Indonesia, karena dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru.
Ini adalah gambaran tentang  bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia  :
1. Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2. Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat)
3. Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
Penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat menyulitkan diri sendiri, misalnya  dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan kesulitan menulis karena telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum ada yang pernah mencapai nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
Yang kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti  singkatan kata yang menjadi “yg” dan bukan “yank”, disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
Yang keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya  wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu wujud  bangga terhadap bahasa kita.
Sebaiknya bahasa alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman atau  pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi bahasa utama kita tetap bahasa Indonesia.
Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan mencerminkan bangsa kita. Walaupun bahasa  alay tidak menjadi bahasa yang menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat masyarakat Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar